1.Tujuan
Tujuan-nya adalah untuk mengatasi penurunan produksi kepiting akibat minim-nya ketersediaan lahan dan penurunan kualitas air yaitu resikulasi air dengan menggunakan membran biofilter.
2.Metode
Bahan yang digunakan sebagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting dalam penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbidity dengan menggunakan turbiditymeter. Pengendalian fouling dilakukan dengan automatic backwash
3. hasil penelitian
3.1 pengaruh amonia terhadap kelangsungan hidup kepiting
Dalam larutan, amoniak mempertahankan kesetimbangan antara bentuk terionisasi
(NH_(3 )) kedua bentukk tersebut dinamakan total amonia-nitrogen (TAN). Amonia-nitrogen yang tidak terionisasi (NH_(3 )) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus di kontrol dalam sistem produksi [10]. Pada penelitian ini pakan kepiting divariasikan 0,5 grsm ; 1,5 gram dan 2 gram. Dimana setiap hari din beri pakan sebanyak 0,2 gram. Pada pemeliharaan kepitingt pakan terbanyak yaitu 2 gram, menghasilkan amoniak sebsar 4,61 mg/L pada hari ke-2. Pada kadar amonia 4,61 mg/L ini, kepiting tidak dapat bertahan hidup. Pada pakan 1,5 gr menghasilkan amonia sebesar 5,08 mg/L pada haro ke-3 dan kepiting mati pada hari ke-3. Kepiting dengan pakan 1,5 gram mati pada hari berikut-nya, hari ke-4 dengan kadar amonia 9,38 mg/L. Kepiting dengan pakan 0,5 gr merupakan kepiting yang mampu bertahan hidup lebih lama yaitu 14 hari dan mati pada kadan 8,47 mg/L.
3.2 pengaruh waktu terhadap penurunan amonia
Biofilter yang digunakan yaitu fixed bed dimana substrat disediakan unttuk pertumbuhan biofilm yang memanfaatkan oksigen uantuk mengubah amoniak dan nitrit menjadi uritrat dan mengoksidasi bahan organik.
3.3 pengaruh banyak-nya pakan terhadap turbidity
Pada pakan 0,5 gr berada pada tingkat yang lebih rendah, artinya turbiditi pada pakan 0,5 gr paling rendah di antara 1:1,5 dan 2 gr. Hal ini di karenakan pakan yang di tambahkan ke air dengan volume yang sama, paling rendah yaitu sebanyak 0,5 gr, sehingga memiliki turbidity yang rendah yaitu sebesar 20,9 NTU. Turbidity pada pakan 1 gr lebih tinggi daripada turbidity pada pakan 0,5 gr yaitu 25,4 NTU. Pada pakan 1,5 gr turbidity sebesar 34,1 gr NTU, sedangkan pada pakan 1,5 gr yaitu 31,9 NTU.
3.4 pengaruh turbidity terhadap kelangsungan hidup kepiting.
Pada pakan 0,5 gr menunjukkan bahwa tingkat hidup kepiting paling tinggi. Hal ini disebabkan karena kenaik-an turbidity setiap hari-nya paling rendah di bandingkan dengan 1 gr, 1,5 gr, 2 gr dan kepiting mati pada hari ke-14 dengan turbidity 78,6 NTU. Turbidity di pengaruhi oleh kadar pakan yang di berikan dan terakumulasi-nya pakan di dalam bak pemeliharaan. Pada pakan 1 gr kepiting mati pada turbidity 56,3 NTU pada hari ke-5. Turbidity pada pakan 1,5 gr lebih tinggi jika di bandingkan pada pakan 0,5 gr. Hal ini menyeabkan ketahanan hidup lebihh rendah jika di bandingkan pada pakan 0,5 gr. Pada pakan 1,5 gr kepiting mati pada turbidity 75,8 NTU pada hari ke-3. Hal ini disebabkan karena turbidity yang semakin tinggi jika dibandingkan pakan 0,5 gr, 1 gr,, sehingga kepiting lebih cepat mati. Pada pakan 2 gr, kepitingg mati pada 38,7 NTU pada hari ke-2. Karena pada hari ke-2 pakan yang diberikan paling tinggi yaitu sebesar 2 gr sehingga akan menyebabkan turbidity yang semakin tinggi juga bila dibandingkan dengan 0,5 gr, 1 gr, 1,5 gr, 2 gr.
3.5 pengaruh waktu terhadap penurunan turbidity pada membran
Hubungan antara turbidity dengan waktu pada membran dengan settinng backwash 30 menit 30 detik, 30 me3nit 25 detik, 30 menit 20 detik, 30 menit 15 detik. Rata-rata setting backwash 30 menit 30 detik di peroleh turbidity sebesar 0,14 NTU sedangkan pada setting backwash 30 menit 25 detik di peroleh rata-rata turbidity 0,2 NTU. Pada setting 30 menit 20 detik turbidity di peroleh sebesar 0,32 NTU, sedangkan turbidity pada setting backwash 30 menit 15 detik sebesar 0,19 NTU. Berdasarkan penelitian, diperoleh setting backwash dengan turbidity paling rendah yaitu pada setting 30 menit 30 detik. Hal ini menunjukkan bahwa membran ultrafiltrasi dapat menurunkan turbidity.
3.6 pengendalian fouling
Terjadinya fouling membran tidak dapat dihindari dan inilah tantangan terberat dalam teknologi membran. Lapisan fouling membran (foulant) ini menghambat filtrasi. Foulant ini dapat berupa endapan organik (makromolekul subtansi biologi), endapan inorganik (logam hidroksida, garam kalsium) dan patrikulat. Foulant akan terakummulasi pada permukaan membran karena tidak ikut ambil bagian dalam tranfer massa. Akibat foulant ini akan mengurangi efektifitas dan fluks membran.
4. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah berhasil menurunkan kadar amoniak dan turbidity paa budidaya kepiting menggunakan membran biofilter. Dari penelitian tersebut dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu: A.Penurunan kadar amonia dapat dilakukan dengan biofilter, dimana air disirkulasi dalam biofilter dengan media bioball sebagai tempat tumbuh mikroorganisme yang berperan dalam proses nitrifikasi. Kadar amonia dapat diturunkan dari 4,41 mg/L menjadi 1,48 mg/L selama 7 hari
B.Membran ultrafiltrasi dapat menurunkan turbidity dalam pengolahan air pemeliharaan kepiting untuk menjaga kualitas air. Turbidity dapat diturunkan dari 0,3 NTU sampai 0,05 NTU.
C.Pengendalian fouling dapat dilakukan dengan setting backwash 30 menit 15 detik. Pada setting backwash ini, di dapat fluks yang paling tinggi yaitu 41,2 L/m^2
Web kimia jurnal: core.kmi.open.acuk/download/pdf/11737313
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar yang baik dan sopan ^^